Tel Aviv – PM Israel Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya mengakui bahwa Israel dalang dari serangan pager dan walkie-talkie terhadap Hizbullah di Lebanon pada September 2024. Hal itu dia ungkapkan selama rapat kabinet mingguan pada Minggu (10/11/2024), dikutip dari The Times of Israel.
Diketahui, ribuan pager dan walkie-talkie yang berisi bahan peledak diledakkan terhadap pemiliknya yakni kelompok Hizbullah di seluruh Lebanon dan sebagian Suriah pada 16 dan 17 September 2024.
Hizbullah menyerang Israel dimulai sehari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan menyebabkan evakuasi sekitar 60.000 penduduk dari kota-kota Israel utara di perbatasan dengan Lebanon.
“Operasi pager dan pemusnahan Hassan Nasrallah dilakukan meskipun ada pertentangan dari pejabat senior di lembaga pertahanan dan mereka yang bertanggung jawab atas operasi tersebut di eselon politik,” kata Netanyahu.
Berdalih Akan Serang Hizbullah Ia menyindir Menteri Pertahanan Israel yang baru saja dipecat yaitu Yoav Gallant. Menjelang ledakan tersebut, Gallant mengatakan fokus kegiatan militer Israel akan beralih ke garis depan utara.
Netanyahu dan Gallant telah berulang kali berselisih selama masa pemerintahan mereka bersama.
Pada 2023, Netanyahu memecat Gallant sehari setelah menteri pertahanan saat itu meminta penghentian sementara proses legislasi rencana perombakan peradilan pemerintah yang kontroversial, yang menurutnya menyebabkan perpecahan yang mengancam keamanan nasional.
Namun, ia dilantik kembali kurang dari sebulan kemudian, dan memimpin Kementerian Pertahanan ketika Hamas melakukan serangan teror mematikan di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu.
Ia tetap menjabat selama perang berikutnya di Jalur Gaza, pertempuran di perbatasan utara, dan operasi darat di Lebanon selatan.
Diketahui, Lebanon mengatakan, hampir 3.000 orang lainnya terluka dalam serangan itu. Jumlah korban tidak membedakan antara warga sipil dan anggota kelompok Hizbullah, dan di antara yang terluka adalah duta besar Teheran untuk Lebanon Mojtaba Amani.
Seorang pejabat Hizbullah mengatakan kepada Reuters seminggu kemudian bahwa serangan tersebut melumpuhkan 1.500 anggota kelompok tersebut karena luka-luka yang mereka derita, banyak yang mengalami kebutaan atau kehilangan tangan.
Setelah kejadian tersebut, berbagai media melaporkan bahwa serangan tersebut merupakan operasi intelijen Israel sangat canggih yang telah direncanakan selama bertahun-tahun, di mana Hizbullah ditipu untuk membeli perangkat yang disusupi.
Ledakan tersebut diikuti oleh serangkaian serangan udara Israel yang melumpuhkan sebagian besar struktur komando Hizbullah, termasuk Nasrallah. Serta operasi darat terbatas yang sedang berlangsung di Lebanon selatan untuk menghilangkan ancaman langsung yang ditimbulkan oleh kelompok tersebut terhadap komunitas perbatasan utara Israel.
(ind/kompas)