Tel Aviv – Unjuk rasa secara nasional, yang diwarnai aksi mogok kerja massal, berlangsung di berbagai wilayah Israel mulai Senin (2/9) waktu setempat, setelah pasukan Tel Aviv menemukan enam jenazah sandera di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza.
Aksi itu dimaksudkan untuk menekan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu agar mencapai kesepakatan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina yang ditahan di negara tersebut.
Demikian seperti dilansir The Jerusalem Post dan Anadolu Agency, Senin (2/9/2024).
Juru bicara serikat pekerja terbesar Israel, Histadrut, mengumumkan bahwa Bandara Ben Gurion akan ditutup pada Senin (2/9) pagi, mulai pukul 08.00 waktu setempat, dengan seluruh aktivitas lepas landas dan pendaratan akan dihentikan mulai jam tersebut.
Penutupan Bandara Ben Gurion itu menjadi bagian dari aksi mogok kerja massal yang berlangsung secara nasional di Israel mulai pukul 06.00 waktu setempat.
Saat ditanya berapa lama penutupan operasional Bandara Ben Gurion akan berlangsung, juru bicara Histadrut menjawab “tidak jelas”.
Kepala Histradrut, Arnon Bar-David, mengumumkan pada Minggu (1/9) waktu setempat bahwa akan terjadi aksi mogok kerja massal secara luas, dan unjuk rasa besar-besaran, yang bertujuan menyerukan pemulangan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.
Bar-David menyebut ratusan ribu orang akan turun ke jalanan dalam unjuk rasa besar-besaran di berbagai wilayah Israel.
“Besok (2/9), mulai pukul 06.00 pagi, perekonomian Israel akan terhenti. Saya tidak akan membiarkan begitu saja pengabaian yang terjadi,” tegas Bar-David dalam pernyataan pada Minggu (1/9) waktu setempat.
Pengumuman itu disampaikan saat ribuan warga Israel berdemo di berbagai wilayah negara tersebut, menyerukan pemulangan para sandera dari Jalur Gaza dan memprotes pengabaian pemerintah Tel Aviv terhadap para sandera.
Mogok kerja massal dan unjuk rasa besar-besaran itu dilakukan beberapa jam setelah militer Tel Aviv mengumumkan enam jenazah sandera telah dievakuasi dari Jalur Gaza.
Sebelumnya dilaporkan oleh militer Israel bahwa keenam jenazah sandera itu ditemukan di dalam terowongan bawah tanah yang ada di area selatan Rafah di Jalur Gaza, atau sekitar satu kilometer dari lokasi pasukan Israel menyelamatkan satu sandera lainnya dalam keadaan hidup pada Selasa (27/8) pekan lalu.
Hamas menyebut para sandera itu tewas karena serangan pasukan Israel di area itu. Namun militer Israel membantah, dengan juru bicara militer Tel Aviv Letnan Kolonel Nadav Shoshani menyebut keenam sandera itu dibunuh oleh Hamas.
Laporan surat kabar Israel, Haaretz, yang mengutip sumber Israel menyebut tiga dari enam sandera yang tewas itu seharusnya dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan pertukaran sandera-tahanan yang saat ini masih dinegosiasikan.
“Mereka muncul dalam daftar yang diberikan pada awal Juli. Ada kemungkinan sebelumnya untuk memulangkan mereka dalam keadaan hidup,” ucap sumber Israel tersebut.
Otoritas Israel memperkirakan ada lebih dari 100 sandera yang masih ditahan oleh Hamas dan militan lainnya di Jalur Gaza, dengan beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh.
Selama berbulan-bulan, Qatar dan Mesir bersama Amerika Serikat (AS) yang bertindak sebagai mediator telah berupaya keras mewujudkan kesepakatan antara Israel dan Hamas, untuk memastikan gencatan senjata dan pertukaran sandera-tahanan serta mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
Namun upaya mediasi itu terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas soal menghentikan perang di Jalur Gaza.
(ind/detikcom)