Seoul – Di tengah turunnya angka kelahiran di Korea Selatan, sepasang suami istri (pasutri) asal Provinsi Gyeonggi membawa kabar gembira. Kim Joon Young dan Sagong Hye Ran mengumumkan kelahiran bayi kembar lima mereka pada Jumat, 20 September 2024.
Kelahiran quintuplet yang terdiri dari tiga bayi lelaki dan dua bayi perempuan itu sontak jadi berita utama di Negeri Ginseng. Yang tak kalah jadi perhatian adalah jumlah hibah yang bakal diterima pasangan itu. Totalnya disebut mencapai 170 juta won atau hampir Rp2 miliar sebagai bentuk dukungan pengasuhan anak.
Mengutip Koreaboo, Rabu (25/9/2024), hibah pertama didapat dari Kota Dongducheon, tempat pasangan itu tinggal. Mereka akan memberi voucer tunai senilai 15 juta won (sekitar Rp171 juta). Voucer itu dapat digunakan di toko mana pun dengan transaksi tahunan kurang dari 1 miliar won (sekitar Rp11,3 miliar).
Pemerintah kota juga akan menyediakan voucer tunai senilai 3,5 juta won untuk dukungan perawatan pasca-melahirkan.
Paket promosi persalinan Dongducheon juga menawarkan sejumlah 1 juta won untuk anak pertama, 1,5 juta won untuk anak kedua, 2,5 juta won untuk anak ketiga, serta lima juta won untuk anak keempat dan seterusnya. Jika jumlah berurutan diterapkan dalam kasus ini, pasangan tersebut dapat menerima 15 juta won dari paket tersebut.
Pasangan itu juga berhak mendapatkan Voucer Pertemuan Pertama Kementerian Kesejahteraan Korea Selatan senilai 14 juta won dan subsidi dua bulanan yang mencakup tunjangan orangtua dan tunjangan anak. Kedua subsidi ini masing-masing berjumlah 85 juta won dan 47,5 juta won.
Tunjangan Anak dan Orangtua
Namun, kedua tunjangan ini akan diberikan selama periode program, besarannya 1 juta won per bulan untuk setiap anak selama 11 bulan pertama setelah kelahiran. Setelah itu, biayanya turun jadi 500 ribu won per bulan selama 11 bulan berikutnya. Pasangan tersebut juga akan menerima tunjangan anak sebesar 100 ribu won per bulan untuk setiap anak sejak lahir hingga mereka berusia 95 bulan.
Meski berita mengenai anak kembar lima ini merupakan kabar menggembirakan bagi negara ini, banyak warganet yang bertanya-tanya apakah jumlah total dana hibah tersebut akan cukup untuk membesarkan lima anak dalam perekonomian saat ini.
Sementara itu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengirimkan surat ucapan selamat dan hadiah pada pasangan tersebut pada 22 September 2024. Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pendidikan negara itu juga mengirimkan sekeranjang buah dan pesan ucapan selamat. Mereka juga mengunggah keterangan berisi sumpah untuk bekerja keras demi masa depan yang lebih baik bagi kelima anak tersebut.
Di sisi lain, mengutip Yonhap, sebanyak 20.601 bayi lahir pada Juli tahun ini, naik 7,9 persen atau 1.516 bayi dari tahun sebelumnya menurut data yang dikumpulkan Statistik Korea. Jumlah itu merupakan peningkatan terbesar dalam setahun dibandingkan Juli 2012, ketika terdapat 1.959 bayi baru lahir di negara tersebut.
Jumlah Kematian Masih Lebih Tinggi dari Kelahiran
Pertumbuhan ini terjadi karena semakin banyak pasangan yang mengadakan pernikahan dari paruh kedua tahun 2022 hingga paruh pertama 2023 setelah menunda pernikahan mereka pada tahap awal pandemi COVID-19, kata badan tersebut. Namun, selama tujuh bulan pertama 2024, jumlah bayi yang lahir turun 1,2 persen menjadi 137.913 di tengah menurunnya tingkat kesuburan.
Tingkat kesuburan total, yang berarti jumlah rata-rata perkiraan kelahiran seorang perempuan sepanjang hidupnya, mencapai rekor terendah sebesar 0,71 pada kuartal kedua tahun 2024. Angka tersebut jauh di bawah 2,1 kelahiran per perempuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi stabil tanpa imigran.
Jumlah kematian naik tipis 0,4 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 28.240 pada Juli, dan jumlah penduduk pun menurun sebesar 7.639 orang. Jumlah kematian telah melampaui jumlah kematian bayi baru lahir sejak kuartal keempat pada 2019.
Jumlah pasangan yang menikah melonjak 32,9 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 18.811 pada Juli tahun ini. Ini merupakan peningkatan terbesar pada Juli sejak 1981, sejak badan tersebut mulai mengumpulkan data. Jumlah pasangan yang bercerai tumbuh 5,9 persen dalam setahun menjadi 7.939 pasangan, menurut data.
Pemerintah Bentuk Kementerian Khusus
Korea Selatan sedang mengalami perubahan demografis yang suram, karena banyak generasi muda memilih untuk menunda atau menyerah untuk menikah atau memiliki bayi seiring dengan perubahan norma sosial dan gaya hidup. Banyak juga yang menyebutkan tingginya harga rumah dan sulitnya pasar kerja sebagai alasan utama.
Korea diperkirakan akan menjadi negara dengan masyarakat lanjut usia pada 2072 karena usia rata-rata akan meningkat menjadi 63,4 dari 44,9 pada 2022, dan populasinya akan turun menjadi sekitar 36 juta pada 2072 dari 52 juta pada tahun ini. Populasinya mencapai puncaknya pada 2020 dan terus menurun.
Untuk itu, mengutip CNN, Sabtu, 11 Mei 2024, Presiden Yoon Suk Yeol berencana membentuk kementerian baru untuk mengatasi darurat nasional atas tingkat kelahiran yang sangat rendah di negara tersebut. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden Yoon Suk Yeol mengatakan dia akan meminta kerja sama parlemen untuk membentuk Kementerian Penanggulangan Angka Kelahiran Rendah.
“Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan bangsa untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran yang dapat dianggap sebagai darurat nasional,” ujarnya.
(ind/bbs)