Singapura – Putra bungsu mendiang pendiri Singapura modern Lee Kuan Yew, Lee Hsien Yang, memperoleh suaka di Inggris. Lee Hsien mengaku takut menghadapi risiko dipersekusi sehingga memutuskan mencari suaka di Eropa.
Lee Hsien Yang sejak tahun lalu mengasingkan diri ke Eropa, merupakan adik dari mantan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong.
Berawal dari perseteruan tingkat tinggi dalam keluarga paling terkenal di Singapura. Lee Hsien Yang dan saudara perempuannya, Lee Wei Ling, yang meninggal pada 9 Oktober lalu telah bertahun-tahun tidak akur dengan kakak mereka yang berpengaruh, Lee Hsien Loong, yang menjabat PM selama dua dekade.
Perselisihan kakak-beradik itu terjadi akibat perdebatan soal apa yang harus dilakukan terhadap rumah mendiang ayah mereka.
Lee Hsien Yang dan Lee Wei Ling menuduh kakak mereka, Lee Hsien Loong, telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk menghentikan penghancuran rumah keluarga sesuai dengan keinginan mendiang Lee Kuan Yew, yang meninggal dunia tahun 2015 setelah memimpin Singapura selama lebih dari tiga dekade.
Lee Hsien Loong berpendapat bahwa pemerintah Singapura-lah yang harus memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap rumah tersebut, termasuk kemungkinan mempertahankannya sebagai bangunan bersejarah.
Hubungan yang retak ini telah terungkap ke publik, dengan Lee Hsien Yang bersekutu dengan partai oposisi dalam pemilu tahun 2020 dan tahun lalu. Dia bahkan sempat mempertimbangkan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden Singapura.
Dalam postingan Facebook terbaru pekan ini, seperti dilansir Reuters dan Al Jazeera, Rabu (23/10/2024), Lee Hsien Yang mengungkapkan dirinya mencari suaka ke Inggris pada tahun 2022 sebagai “upaya terakhir”, dan permintaan suaka itu dikabulkan oleh London pada Agustus lalu.
“Serangan pemerintah Singapura terhadap saya menjadi catatan publik. Mereka mengadili putra saya, melakukan proses disipliner terhadap istri saya, dan meluncurkan penyelidikan polisi palsu yang telah berlangsung selama bertahun-tahun,” tulis Lee Hsien Yang dalam postingannya.
Dia menuturkan dirinya tidak bisa pulang ke Singapura untuk menghadiri pemakaman saudara perempuannya.
“Berdasarkan fakta-fakta ini, Inggris telah memutuskan bahwa saya menghadapi risiko persekusi yang beralasan dan tidak bisa kembali dengan selamat ke Singapura,” sebut Lee Hsien Yang.
“Saya mencari perlindungan suaka sebagai upaya terakhir. Saya tetap menjadi warga negara Singapura dan berharap suatu hari nanti akan aman untuk kembali pulang,” imbuhnya.
Tuding Pemerintah Singapura Fasilitasi Cuci Uang
Dalam wawancara dengan media Inggris, The Guardian, yang dirilis Selasa (22/10), Lee Hsien Yang melontarkan kritikan keras untuk pemerintah Singapura dan menuduh pemerintah memfasilitasi pencucian uang.
“Ada kebutuhan bagi dunia untuk melihat lebih dekat, untuk melihat peran Singapura sebagai fasilitator utama dalam perdagangan senjata, uang kotor, yang narkoba, uang kripto,” sebutnya.
Pemerintah Singapura, dalam tanggapannya, menyebut tuduhan-tuduhan itu tidak berdasar. Ditegaskan pemerintah Singapura bahwa negaranya memiliki “sistem yang kuat untuk mencegah dan mengatasi pencucian uang dan aliran keuangan gelap lainnya, yang konsisten dengan standar internasional”.
(ind/detikcom)