POJOKMETRO, Seoul – Korea Selatan resmi mempunyai presiden baru. Lee Jae-myung resmi dilantik sebagai presiden baru Korea Selatan pada hari Rabu, 4 Juni 2025, setelah kemenangan bersejarahnya dalam pemilihan umum yang digelar lebih cepat dari jadwal semula.
Pemilu Korsel tahun ini dilakukan lebih awal usai terjadinya penerapan darurat militer singkat oleh eks presiden Yoon Suk-yeol.
Melansir dari Anadolu Agency, Lee mengambil sumpah jabatan dalam upacara pelantikannya di Majelis Nasional di Seoul.
Selasa kemarin, Lee terpilih sebagai presiden ke-14 Korea Selatan dalam pemilu yang dipicu ‘ulah’ Yoon yang secara tiba-tiba mendeklarasikan darurat militer.
Dalam pemilu presiden ini, Lee memperoleh lebih dari 49 persen suara, sementara Kim Moon-soo dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa saat ini, hanya meraih 41,15%, menurut penghitungan resmi. Secara total, Lee memperoleh lebih dari 17 juta suara.
Masa kecil menyedihkan
Presiden baru Korea Selatan (Korsel) Lee Jae Myung memiliki kehidupan yang bergejolak di masa lalu. Semasa kecil, Lee menjadi pekerja karena kemiskinan keluarganya, dan saat beranjak dewasa, dia mengalami insiden yang membuat salah satu lengannya cacat permanen saat bekerja sebagai buruh pabrik.
Lee juga sempat melakukan percobaan bunuh diri di masa lalu. Sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan berhasil memperbaiki kehidupannya hingga menjadi seorang pengacara dan kemudian menjadi politikus terkemuka di Korsel.
Saat menjadi politikus pun, Lee sempat menjadi korban serangan penusukan dan menghadapi berbagai tuntutan pidana yang menghalanginya untuk maju sebagai capres.
Kehidupan Lee yang penuh gejolak, seperti dilansir Associated Press, Rabu (4/6/2025), mencapai klimaks ketika Lee, yang kini berusia 61 tahun, capres utama Partai Demokratik Korea terpilih sebagai Presiden baru Korsel, menggantikan mantan Presiden Yoon Suk Yeol yang dilengserkan karena darurat militer kontroversial.
Kehidupan Lee menjadi sorotan saat dia menjadi capres Partai Demokratik Korea. Lee yang mantan pengacara hak asasi manusia (HAM) ini memiliki masa kecil yang kelam dan hidup dalam kemiskinan.
Setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD), Lee terpaksa bekerja di berbagai pabrik di Seongnam, kota industri di dekat Seoul, karena keluarganya tidak mampu membiayai pendidikannya untuk sekolah menengah.
Dia sempat bekerja di beberapa pabrik, dan mengalami insiden ketika bekerja di pabrik sarung tangan bisbol, di mana lengan bawah sebelah kirinya tergencet oleh mesin press. Luka itu tidak mendapatkan perawatan yang layak dan mengakibatkan cacat permanen.
Akibat insiden itu, Lee mengalami kelainan bentuk lengan. Selama bekerja di beberapa pabrik, Lee juga menjadi korban pemukulan.
Merasa putus asa, Lee mencoba bunuh diri sebanyak dua kali, kedua upayanya itu tidak berhasil. Dia kemudian bangkit dan berhasil kuliah di Universitas Chung-Ang Seoul dengan beasiswa penuh, yang membuatnya menjadi pengacara.
“Harapan dan cobaan selalu datang bersamaan. Peran cobaan bukanlah membuat orang menyerah, tetapi menguji seberapa serius dan putus asa harapan mereka,” ucap Lee dalam memoar yang diterbitkan tahun 2017.
Lee memutuskan terjun ke dunia politik setelah menyadari tidak dapat mengubah masyarakat melalui gerakan sosial yang dilakukannya sebagai pengacara HAM. Dia berhasil menjadi Wali Kota Seongnam periode tahun 2010-2018 dan Gubernur Provinsi Gyeonggi periode tahun 2018-2021.
Dia masuk parlemen Korsel pada tahun 2022 setelah memenangkan kursi kosong Distrik B Incheon Gyeyang. Tak lama setelah itu, Lee terpilih menjadi ketua Partai Demokratik Korea pada 28 Agustus tahun yang sama. (wan/bbs)