POJOKMETRO, Jakarta – Pernahkah Anda mencoba berkomunikasi dengan hewan peliharaan Anda atau mencoba mengerti apa yang ingin disampaikan kucing saat mengeong? Dengan kemajuan teknologi saat ini, kecerdasan buatan (AI) mungkin akan segera dapat membantu melakukan hal tersebut.
Baidu, perusahaan pemilik mesin pencari terbesar di China tengah menjajaki kemungkinan untuk menerjemahkan suara hewan dengan menggunakan AI. Bahkan, menurut paten yang diterbitkan minggu ini, Baidu telah mengajukan mengajukan paten ke Administrasi Hak Kekayaan Intelektual Nasional China terkait sistem untuk mengubah vokalisasi hewan menjadi bahasa manusia.
Para ilmuwan telah lama berupaya memecahkan kode komunikasi hewan, dan paten Baidu merupakan upaya terbaru untuk memanfaatkan AI guna melakukannya.
Menurut dokumen tersebut, sistem akan mengumpulkan data hewan, termasuk suara vokal, pola perilaku, dan sinyal fisiologis, yang akan diproses terlebih dahulu dan digabungkan ke dalam analisis bertenaga AI yang dirancang untuk mengenali keadaan emosional hewan. Keadaan emosional kemudian akan dipetakan ke makna semantik dan diterjemahkan ke dalam bahasa manusia.
Sistem ini dapat memungkinkan “komunikasi dan pemahaman emosional yang lebih dalam antara hewan dan manusia, meningkatkan akurasi dan efisiensi komunikasi lintas spesies,” kata Baidu dalam dokumen patennya.
Saat ditanya sebeparapa cepat perusahaan akan dapat mengubah paten tersebut menjadi sebuah produk yang fungsional, juru bicara Baidu mengatakan bahwa saat ini teknologi tersebut masih dalam tahap pengembangan.
“Ada banyak minat terhadap pengajuan paten kami,” kata juru bicara tersebut, sebagaimana dilansir Gadgets 360. “(Paten) saat ini masih dalam fase penelitian”
Penggunaan AI untuk Analisa Komunikasi Hewan
Baidu merupakan salah satu perusahaan besar China pertama yang berinvestasi besar dalam AI setelah peluncuran ChatGPT milik OpenAI pada 2022.
Bulan lalu, perusahaan itu memperkenalkan model AI terbarunya, Ernie 4.5 Turbo, yang diklaimnya menyamai model AI terbaik di industri dalam beberapa uji tolok ukur. Akan tetapi, chatbot Ernie kesulitan mendapatkan daya tarik di tengah persaingan yang ketat.
Sejumlah upaya sedang dilakukan di luar China untuk mencoba dan menafsirkan apa yang ingin disampaikan hewan.
Peneliti internasional di Project CETI (Cetacean Translation Initiative) telah menggunakan analisis statistik dan AI sejak 2020 untuk memahami bagaimana paus sperma berkomunikasi, sementara Earth Species Project, sebuah lembaga nirlaba yang didirikan pada 2017 yang pendukungnya termasuk Reid Hoffman dari LinkedIn, juga mencoba menggunakan AI untuk memecahkan kode komunikasi hewan.
Laporan media lokal tentang permohonan paten Baidu telah memicu diskusi di platform media sosial China. Sementara beberapa orang gembira dengan kemungkinan untuk akhirnya bisa lebih memahami hewan peliharaan mereka, sebagian lainnya bersikap skeptis.
“Meskipun kedengarannya mengesankan, kita perlu melihat bagaimana kinerjanya dalam aplikasi dunia nyata,” komentar seorang pengguna di Weibo. (wan/okz)