Senin, 16 September 2024

Presiden Korsel Frustrasi Angka Kelahiran ‘Anjlok’, Bakal Bentuk Kementerian Baru

Jakarta – Krisis angka kelahiran merupakan salah satu isu darurat nasional di Korea Selatan. Untuk mengatasi hal tersebut, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berencana membentuk kementerian baru yang secara spesifik menangani permasalahan angka kelahiran rendah.

Dikutip dari CNN, Yoon Suk Yeol mengatakan dirinya akan bekerja sama dengan parlemen untuk membentuk Kementerian Penanggulangan Angka Kelahiran Rendah.

“Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan bangsa untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran yang dianggap sebagai darurat nasional,” ujarnya.

Dalam pidatonya, Yoon Suk Yeol mengaku pemerintahannya telah gagal dalam meningkatkan kehidupan masyarakat. Dia berjanji akan menggunakan masa jabatannya selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan perekonomian serta mengatasi krisis angka kelahiran.

Untuk diketahui, Korea Selatan saat ini termasuk salah satu negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia. Pada 2023, angka kesuburan di Korea Selatan hanya sebesar 0,72. Padahal, sebuah negara membutuhkan tingkat kesuburan sebesar 2,1 untuk bisa mempertahankan populasi yang stabil.

Selain Korea Selatan, negara-negara lain di Asia Timur, seperti Jepang dan China, juga dihadapkan krisis populasi. Para ahli mengungkapkan alasan terjadinya pergeseran demografi adalah tuntutan budaya kerja, stagnasi upah, kenaikan biaya hidup, perubahan sikap terhadap budaya kerja dan kesetaraan gender, serta meningkatnya kekecewaan di kalangan generasi muda.

Namun terlepas dari faktor ekonomi yang berperan, mengeluarkan uang untuk mengatasi masalah tersebut terbukti tidak efektif. Pada 2022, Yoon mengaku bahwa pemerintah telah menggelontorkan lebih dari 200 miliar USD untuk meningkatkan populasi selama 16 tahun terakhir.

Adapun sejumlah inisiatif yang telah dilakukan untuk meningkatkan angka kelahiran antara lain memperpanjang cuti ayah, kampanye sosial untuk mendorong keterlibatan pria dalam mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga, hingga pemberian ‘voucher’ berupa uang untuk orang tua baru. Namun sejauh ini, kebijakan-kebijakan tersebut gagal membalikkan tren penurunan angka kelahiran yang terjadi di Korea Selatan. (detik.com)

Hot this week

Waspada Hipertensi, Ini Batas Konsumsi Garam per Hari

Tekanan darah tinggi atau hipertensi menjadi salah satu penyakit...

Adik Prabowo Bangun Pabrik di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Batam - PT Solder Tin Andalan Indonesia, perusahaan milik...

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Ada yang Diduga Terlibat Prostitusi

Jakarta - Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi, Kementerian Hukum dan...

Dilanda Resesi Seks, Orang China Rela Bayar Segini

Jakarta - China dilanda resesi seks. Saking banyak yang...

Pria Berlumuran Darah Ditangkap di Bandara Batam, Diduga Usai Tikam Ibunya

Batam - Seorang pria berlumuran darah dan memegang pisau...

Topics

15 Bank Bangkrut di Indonesia Sepanjang 2024, Ini Daftarnya

Jakarta - Jumlah bank bangkrut Indonesia kembali bertambah menjadi...

Ada yang Baru dari MotoGP 2025!

Jakarta - MotoGP akan memperkenalkan sistem komunikasi radio baru...

Heboh Pelatihan Pasutri di China, Istri Diajari Bikin Suami Lebih Bergairah

Jakarta - China dihebohkan dengan pelatihan yang menargetkan para...

Hamas Siap Laksanakan Gencatan Senjata Segera Tanpa Syarat Baru

Kairo - Kelompok Hamas Palestina mengatakan pada Rabu (11/9/2024)...

7 Khasiat Minyak Zaitun untuk Pria, Rahasia Sehat dari Mediterania

Minyak zaitun telah lama dikenal sebagai salah satu bahan...

FIFA: Di Atas Kertas Timnas Indonesia Terlemah tapi Mengejutkan

Jakarta - Timnas Indonesia awali ronde ketiga Kualifikasi Piala...

Doyan Makan Pedas, Bisa Bikin Sakit Lambung? Ini Kata Dokter

Jakarta - Makanan pedas menjadi salah satu menu favorit...

iPhone 16 Resmi Meluncur, Cek Spek dan Harganya

Jakarta - Apple resmi merilis jajaran seri terbaru ponsel...
spot_img

Related Articles

Popular Categories

spot_imgspot_img