Kamis, 21 November 2024

Presiden Korsel Frustrasi Angka Kelahiran ‘Anjlok’, Bakal Bentuk Kementerian Baru

Jakarta – Krisis angka kelahiran merupakan salah satu isu darurat nasional di Korea Selatan. Untuk mengatasi hal tersebut, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berencana membentuk kementerian baru yang secara spesifik menangani permasalahan angka kelahiran rendah.

Dikutip dari CNN, Yoon Suk Yeol mengatakan dirinya akan bekerja sama dengan parlemen untuk membentuk Kementerian Penanggulangan Angka Kelahiran Rendah.

“Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan bangsa untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran yang dianggap sebagai darurat nasional,” ujarnya.

Dalam pidatonya, Yoon Suk Yeol mengaku pemerintahannya telah gagal dalam meningkatkan kehidupan masyarakat. Dia berjanji akan menggunakan masa jabatannya selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan perekonomian serta mengatasi krisis angka kelahiran.

Untuk diketahui, Korea Selatan saat ini termasuk salah satu negara dengan tingkat kesuburan terendah di dunia. Pada 2023, angka kesuburan di Korea Selatan hanya sebesar 0,72. Padahal, sebuah negara membutuhkan tingkat kesuburan sebesar 2,1 untuk bisa mempertahankan populasi yang stabil.

Selain Korea Selatan, negara-negara lain di Asia Timur, seperti Jepang dan China, juga dihadapkan krisis populasi. Para ahli mengungkapkan alasan terjadinya pergeseran demografi adalah tuntutan budaya kerja, stagnasi upah, kenaikan biaya hidup, perubahan sikap terhadap budaya kerja dan kesetaraan gender, serta meningkatnya kekecewaan di kalangan generasi muda.

Namun terlepas dari faktor ekonomi yang berperan, mengeluarkan uang untuk mengatasi masalah tersebut terbukti tidak efektif. Pada 2022, Yoon mengaku bahwa pemerintah telah menggelontorkan lebih dari 200 miliar USD untuk meningkatkan populasi selama 16 tahun terakhir.

Adapun sejumlah inisiatif yang telah dilakukan untuk meningkatkan angka kelahiran antara lain memperpanjang cuti ayah, kampanye sosial untuk mendorong keterlibatan pria dalam mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga, hingga pemberian ‘voucher’ berupa uang untuk orang tua baru. Namun sejauh ini, kebijakan-kebijakan tersebut gagal membalikkan tren penurunan angka kelahiran yang terjadi di Korea Selatan. (detik.com)

Hot this week

Hasil MotoGP Mandalika 2024: Martin Menang, Marc Marquez Out!

Lombok Tengah - Jorge Martin berhasil memenangkan balapan utama...

Waspada Hipertensi, Ini Batas Konsumsi Garam per Hari

Tekanan darah tinggi atau hipertensi menjadi salah satu penyakit...

Batam Terancam Tsunami Besar? Ini Kata BMKG

Batam - Pesan berantai tersebar di grup-grup WhatsApp warga...

Adik Prabowo Bangun Pabrik di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Batam - PT Solder Tin Andalan Indonesia, perusahaan milik...

Dilanda Resesi Seks, Orang China Rela Bayar Segini

Jakarta - China dilanda resesi seks. Saking banyak yang...

Topik

Kisah Mary Jane, Terpidana Mati Narkoba Bebas

Jakarta - Terpidana mati kasus penyelundupan narkoba asal Filipina,...

MotoGP 2025 Resmi Dimulai, Martin-Marquez Pakai Seragam Baru

Jakarta - Rangkaian MotoGP 2025 resmi dimulai dengan sesi...

Indonesia Vs Arab Saudi, Tim Garuda Optimis Mampu Jinakkan Elang Hijau

Jakarta - Timnas Indonesia akan menghadapi laga penting melawan...

Berlaku 1 Januari 2025, PPN 12% Bikin Beban Hidup Rakyat Makin Berat!

Jakarta - Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik dari...

64.751 Pekerja Kena PHK Selama 2024, Terbanyak di Jakarta

Jakarta - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat jumlah tenaga kerja...

Mengapa Anak Perempuan yang “Fatherless” Sering Bertemu Pria yang Salah?

Jakarta - Fenomena fatherless bisa berdampak pada kehidupan percintaan...

5 Rekor Jorge Martin Setelah Juara Dunia MotoGP 2024

Catalunya - Ada 5 rekor yang berhasil dipecahkan Jorge...

Jorge Martin Juara Dunia MotoGP 2024

Catalunya - Jorge Martin keluar sebagai juara dunia MotoGP...
spot_img

Artikel terkait

Popular Categories

spot_imgspot_img